ketika aku percaya bahwa semua hal buruk pasti dapat diubah. ketika aku bertanya hanya untuk mencari pembenaran. ketika semua logika sekitar ku tepis dan aku memilih tetap berjalan pada gerbongku yang sepi. ketika sebenarnya aku sendiri tak yakin apa yang menjadi tumpuanku. ketika sebenarnya aku tau tapi tak mau tau. ketika akhirnya pagi datang dan pastilah aku harus membuka mata untuk memulai nyatanya pahit kehidupan.
sebenarnya aku tau, aku sadar, aku bahkan merasakan ke-tidak benar-annya. tapi entah, tetap saja ingin terus berjalan pada gerbong ini, pada jalan yang ini. sekitarku mencomooh. galau? iya, sepertinya. sekian lama berlari, terhenti sebentar untuk membasahi yang kering, mengeringkan yang basah. malah jalur yang (sepertinya) salah yang ku pilih. apa guna lari ku? dititik aku merasa... baiklah, memang tidak baik melulu teringat masa lalu, ini saatnya untuk mencoba yang baru. gerbong lama, gerbong usang, gerbong yang penuh akan pesakitan, tetapi sekaligus penawar kerinduan... terbuka. kembali lagi. terbuka. sial, gerbong lain yang sepertinya menawakan bahagia-pun, bermunculan. sial. galau? sudah pasti.
saat aku pada akhirnya memlilih bertahan pada gerbong yang mana, artinya aku telah siap menjalani pesakitan berikutnya.
0 komentar:
Posting Komentar